Kamis, 16 Juni 2011

PROGRAM PENDIRIAN PAUD DAN LEMBAGA KETRAMPILAN KERJA





SAAT INI BEGITU BANYAK KELUHAN MASYARAKAT MENCARI SEKOLAH BEGITU MAHALNYA..SAMPAI HARUS MEREBUTKAN KURSI SEKOLAH SAMPAI JUTAAN RUPIAH..TERUS APAKAH KITA HANYA DIAM DAN BERPANGKU TANGAN MELIHAT SAUDARA KITA TIDAK BISA MENIKMATI PENDIDIKAN INI...DAN BAHKAN YANG ADA DI BUMI PERTIWI INDONESIA


MARILAH KITA MEMBANGUN PAUD, LEMBAGA KETRAMPILAN KERJA UNTUK MENOLONG MEREKA....


JIKA ANDA PEDULI BISA MENYATAKAN SETUJU MELALUI 
email  :airwb@hotmail.com atau hotline :085326739300

Rabu, 15 Juni 2011

HIKMATUL HANDASAH FOUNDATION


KAMI MENCOBA UNTUK BERBAGI BAGI SELURUH MASYARAKAT KHUSUSNYA YANG  BERJUANG UNTUK MENDAMAIKAN INDONESIA MENJADI NEGERI YANG DAMAI, DENGAN MEMUNCULKAN GENERASI PENERUS YANG SIAP MENANTANG ZAMAN UNTUK LEBIH SUKSES DARI SEBELUMNYA.... KAMI MENCOBA UNTUK MENAWARKAN PROGRAM KEMITRAAN BEASISWA UNTUK PARA DHUAFA...DALAM MENUNTUT ILMU...SEMOGA KITA BISA BERBAGI UNTUK UMAT

Rabu, 09 Februari 2011

Sebagai dosen di kampus

Sebagai dosen di kampus, tantangan besar yang harus dihadapi ialah bagaimana menolong mahasiswa untuk menjadi “pembelajar seumur hidup“.
Apa artinya?
Sangat mungkin bagi dosen dan mahasiswa di Indonesia untuk kembali mengulang pola pendidikan yang telah didapat sebelumnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau anak – anak Indonesia lebih cakap menghafal ataupun menggunakan rumus untuk mengerjakan soal. Namun mereka (bahkan pengajar seperti saya) kurang cakap dalam menganalisa maupun memahami alasan di balik penggunaan rumus.
Pada akhirnya, mahasiswa (atau sebelumnya siswa) hanya menjadi pengulang yang tidak kreatif dan inovatif dalam memcahkan masalah. Apalagi jika dihadapkan pada permasalahan baru yang belum ada sebelumnya. Dengan kata lain, mahasiswa hanya menjadi pembelajar dalam masa kuliah dan karena diminta oleh dosen (selain orang tua dan pacar 
Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, orang Indonesia yang menjadi profesor di University of Tokyo, menyatakan bahwa hal inilah yang membedakan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di Jepang atau negara maju lainnya. Karena itu, seharusnya pola pikir pembelajar yang analitis dan selalu ingin tahu perlu ditanamkan dalam benak mahasiswa Indonesia.
Tentunya hal ini menjadi tantangan bagi dosen, karena dosen tidak cukup memberi materi dan membuat soal sesuai materi tersebut. Namun lebih dari itu, dosen dituntut harus memberikan pengalaman belajar yang dapat membangkitkan keingintahuan dan keinginan meneliti dari mahasiswa.
Dosen juga diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk tidak hanya menghafal dan menggunakan rumus, melainkan mempertanyakan alasanpenggunaan rumus ataupun teorema tertentu. Hal ini berpengaruh pada pemberian tugas dan evaluasi. Jika tes tertulis menjadi hal yang umum, mungkin sudah saatnya bentuk evaluasi lain yang lebih komprehensif dan “menarik” diberikan pada mahasiswa. Dan seterusnya..
Salah satu tolok ukur keberhasilan dosen (menurut saya) ialah jika mahasiswa menjadi sangat menyenangi topik yang diberikan dosen dan meneruskan untuk mempelajarinya, bahkan di saat mahasiswa tersebut sudah lulus kuliah dan menjadi sarjana. Dan ia menjadi pembelajar seumur hidup.